Selasa, 27 November 2007

Kekerasan pada Anak, Haruskah Terus Terjadi???

Lagi-lagi, media memberitakan adanya peristiwa kekerasan pada anak. Tidak tanggung-tanggung, kali ini menimpa anak usia belia. Beberapa luka yang diperkirakan bekas sundutan rokok terdapat di hidungnya sehingga anak kesulitan bernafas, bahkan diperkirakan pernah terjadi fraktur atau patah tulang pada kaki kirinya karena trauma keras. Lebih parah lagi, kekerasan ini dilakukan oleh seseorang yang merupakan ibu angkat anak sendiri. Sosok yang semestinya malah melindunginya, merawatnya, dan mengayominya. Seorang anak semestinya mendapatkan kasih sayang, bukannya kekerasan yang tidak beralasan. Kalaupun ada sikapnya yang menggemaskan, salahkah seorang anak berlaku demikian?

Kekerasan pada anak jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dimana tindakan ini diancam hukum pidana yang tertuang di dalam UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 80 yaitu (1)pidana penjara paling lama3
(tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00
(tujuh puluh dua juta rupiah)bagi siapa saja yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, (2)pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) apabila anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, (3) pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00(dua ratus juta rupiah)apabila anak sampai meninggal, dan (4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

Dari segi kesehatan, kekerasan jelas berdampak negatif. Jika anak sering mendapatkan kekerasan, perkembangan fisiknya akan terganggu dan mudah diamati seperti fraktur (patah tulang), dislokasi, bengkak di bagian tubuh tertentu, perdarahan bahkan hingga kecacatan. Secara psikologis, kekerasan dapat merusak perkembangan anak melalui efek psikobiologis, mengakibatkan gangguan stres paska-trauma (posttraumatic stress disorder/PSTD), dan masalah dengan teman sebaya. Anak akan menyimpan semua derita yang ditanggungnya. Anak akan mengalami berbagai penyimpangan kepribadian seperti menjadi pendiam, atau sebaliknya menjadi agresif, mudah marah, konsep dirinya negatif, dan mudah mengalami depresi. Yang akan lebih memprihatinkan adalah anak akan menyakini kekerasan adalah cara atau alternatif yang dapat diterima dalam menyelesaikan sebuah konflik (permasalahan). Para pelaku kekerasan tidak pernah menyadari akan akibat-akibat yang timbul dikemudian hari.

Dengan menyadari dampak kekerasan pada anak, hendaknya kita bijak untuk menyikapi setiap peristiwa serupa. Memahami dan mengerti bagaimana mengasuh anak dengan baik menjadi pondasi dasar untuk menghindari terus terulangnya kejadian serupa.

Selasa, 13 November 2007

Lebih Dalam tentang MERCA

Merca sebenarnya merupakan istilah beberapa warga Amerika dalam menyebut bakteri MRSA dimana infeksi bakteri ini banyak terjadi beberapa waktu terakhir. Orang Indonesia mungkin akan menyebutnya dengan istilah yang lain. Bisa dengan nama singkatnya, bisa juga dengan nama atau istilah lain yang sesuai dengan tanda dan gejala yang didapati pada penderita. Beberapa orang memiliki kebiasaan menyebutkan sesuatu dengan nama singkatnya dan seolah membentuk sebuah kata. Hal ini dapat mengakibatkan kerancuan dalam memahami sebuah istilah itu karena bisa jadi istilah tersebut memiliki arti yang lain bagi pihak lain. Oleh karenanya perlu ada penjelasan mengenai apa sebenarnya merca tersebut sehingga semua orang dapat mengetahui arti yang sebenarnya dan kemudian dapat menggali informasi lebih dalam lagi melalui link yang lain.

MRSA adalah singkatan untuk Meticillin-resistant Staphyllococcus aureus. Staphylococcus Aureus, disingkat Staph adalah kuman yang ditemukan pada kulit dan hidung kita. Staph biasanya tak merugikan tapi ada kalanya menyebabkan infeksi dan sakit parah. Beberapa jenis Staph telah menjadi kebal terhadap antibiotika methicillin dan lainnya yang dulu dipakai untuk mengobati infeksi. Infeksi yang disebabkan Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus ‘MRSA’ yang kebal methicillin ini sulit diobati, sebab kebanyakan antibiotika takkan membunuh kuman itu.

Anda bisa terkena infeksi MRSA dalam masarakat maupun di rumah sakit atau pusat layanan kesehatan lainnya. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan infeksi dengan memasuki tubuh lewat kulit terbuka atau peredaran darah. Orang yang mempunyai masalah kesehatan sepert kencing manis atau sistem ketahanan buruk – atau yang kulitnya terbuka karena luka, baru dioperasi atau penyakit kulit, lebih cenderung terkena infeksi Staph ini. MRSA bisa menyebabkan infeksi kulit seperti bisul dan impetigo, infeksi di bawah kulit (cellulitis), infeksi pada tulang, darah, paru-paru dan bagian tubuh lainnya.

Untuk mengetahui apabila mendapat infeksi MRSA, dokter akan mengambil contoh dari bisul, luka atau bagian lain dari infeksi itu. Contoh ini kemudian dikirim ke laboratorium untuk ujicoba. Sedang cara menanganinya adalah dengan pemberian antibiotika khusus selain juga dengan pembalutan dan operasi (selulitis), tergantung dari jenis infeksinya. Dokter akan memberi nasihat tentang pengobatan terbaik untuk infeksi ini.

Penyebaran penyakit ini terjadi dengan kontak langsung dengan penderita (menyentuh dan memijit kulit yang terkena misalnya pada bisul atau luka), memakai handuk, pakaian atau seprai kotor yang telah dipakai oleh orang yang terkena infeksi MRSA, menggunakan alat rias yang telah dipakai oleh orang yang terkena infeksi MRSA, serta tidak teliti mencuci tangan.

Nah, setelah mengatahui mengenai apa itu merca, untuk menghindarinya maka kita harus memperhatikan kebersihan diri kita serta berhati-hati dalam berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita yang mungkin telah terinfeksi oleh penyakit ini. Untuk menciptakan lingkungan atau bangsa yang sehat harus memulainya dari diri kita sendiri. So let's start it now...!!

Kamis, 08 November 2007

Waspadai Merca, Bakteri Baru yang Mematikan

Baru-baru ini Voice of America (VOA) memberitakan bahwa di Amerika Serikat beredar bakteri jenis baru yang mematikan. Saat ini telah ribuan warga AS diindikasikan terinfeksi bakteri jenis ini dan terdapat tiga korban tewas.

Bakteri ini dikenal dengan nama Merca. Menurut seorang dokter ahli di AS, dr Yuan Po, infeksi ini diakibatkan oleh penggunaan antibiotik yang berlebihan. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, bakteri jenis ini kebal terhadap antibiotik. Tanda awalnya adalah adanya infeksi pada kulit yang mirip bisul bernanah. Bakteri yang masuk sampai ke aliran darah dapat menimbulkan kerusakan organ, termasuk diantaranya adalah paru-paru yang dapat mengakibatkan edema paru atau paru-paru basah dan berimbas pada kematian.

Bakteri Merca sangat menular, terutama di tempat-tempat ramai seperti sekolah dan rumah sakit. Penularannya kemungkinan melalui kontak langsung dengan kulit dan cairan tubuh penderita.

Sampai saat ini belum ada obat yang dapat melawan infeksi oleh bakteri Merca. Langkah terbaik untuk mengatasinya adalah dengan melakukan pencegahan penularan, termasuk diantaranya menghindari pemakaian bersama barang-barang pribadi seperti handuk dan mencuci tangan serta upaya sanitasi lainnya.

Sumber: Harian Kedaulatan Rakyat, Oktober 2007

Sabtu, 06 Oktober 2007

Hati-hati DBD!!

Belakangan kasus DBD atau demam berdarah dengue memang sudah jarang terdengar dibandingkan beberapa bulan yang lalu. Tapi jangan salah duga bahwa penyakit ini masih awam dijumpai di masyarakat kita. Bila kita tidak awas, gejala awal yang hanya tampak sebagai panas biasa, bisa dalam waktu singkat merubah kondisi penderita menjadi pesakitan yang bisa jatuh pada kondisi syok. Dan jika hal ini tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin berakibat fatal.
DBD merupakan penyakit demam akut (berlangsung cepat) yang disebabkan oleh virus Dengue. Virus ini disebarkan pada manusia oleh nyamuk Aedes aegepty, itulah sebabnya penyakit ini disebut sebagai Arthropode-borne disease. Virus ini mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dan merusak sistem pembekuan darah. Masa inkubasi virus ini antara 3-15 hari, artinya dalam rentang waktu itu virus mulai berkembang biak di dalam tubuh dan bisa jadi penderita belum merasakan gejala apapun.
Gejala awal yang muncul adalah panas yang secara berangsur namun cepat bertambah tinggi. Temperatur anak bisa mencapai 38- 40 derajat celcius yang dapat disertai dengan sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot. Karena sifatnya yang merusak pembuluh darah dan sel-sel darah merah, sehingga jumlah trombosit (butir-butir sel darah merah) dalam sirkulasi akan turun yang mengakibatkan mudahnya terjadi perdarahan. Tanda perdarahan yang tampak dapat berupa bintik-bintik merah di permukaan kulit (ruam) yang menandakan perdarahan perifer, perdarahan dari hidung (mimisan), mulut dan dubur. Pada kondisi yang lebih parah, perdarahan juga akan terjadi dalam organ tubuh yang lain, misalnya dimanifestasikan dengan muntah darah karena perdarahan lambung dan sebagainya. Radang perut (mual, muntah atau diare) juga dapat terjadi.
Pasien dengan kondisi seperti ini sangat riskan mengalami dehidrasi yang kemudian mengakibatkan jatuh pada kondisi syok hipovolumik dimana volume atau jumlah darah yang berfungsi membawa oksigen untuk tubuh sangat berkurang. Kondisi ini disebut sebagai Dengue Syok Syndrome (DSS). Untuk itu, apabila ada kecurigaan anak terserang DBD, maka sebaiknya segera dibawa ke RS untuk mencegah terjadinya syok.
Penyakit ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah berupa hitung darah lengkap, analisis rutin, pemeriksaan serologis dsb. Pemeriksaan juga harus ditunjang dengan pemeriksaan klinis penderita mengenai tanda dan gejala perdarahan, dehidrasi maupun syok.
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Penanganan awal bertujuan untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh yang banyak berkurang karena kehilangan yang diakibatkan oleh meningkatnya suhu tubuh dan juga muntah atau perdarahan sehingga anak tidak sampai pada kondisi dehidrasi. Demam dapat diturunkan dengan pemberian kompres hangat sampai dingin tetapi tidak dianjurkan dengan kompres es apalagi alkohol. Penderita juga perlu disarankan untuk menjaga asupan makanan terutama cairan spt pemberian minum 1,5–2 liter dalam 24 jam (air teh dan gula, sirup atau susu).
Terapi cairan intravena atau infus diberikan sesuai indikasi untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi. Transfusi platelet atau plasma atau Plasma expander atau preparat hemasel dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Penanganan selanjutnya bertujuan untuk mengatasi infeksi virusnya. Antibiotik diberikan apabila terdapat infeksi sekunder.
Sampai dengan saat ini, tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk virus demam berdarah. Untuk itu, perlu upaya pencegahan di lingkungan seperti a) menghindari gigitan nyamuk, b) Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau 3M minimal 1x dalam seminggu:
· Menguras bak mandi dan atau tempat penampungan air jernih/ bersih.
· Membersihkan lingkungan dari wadah (tempat2 yang bisa menampung air hujan) yang berserakan, misalnya : gelas aqua, kaleng bekas, dsb.
· Menutup rapat penampungan air jernih yang ada di rumah tangga, agar tidak dijadikan tempat bertelur nyamuk.

Selamat datang!

Selamat datang....
Ucapan itu saya tujukan untuk saya pribadi dan siapa saja yang berminat untuk mengakses situs ini. Situs ini nantinya akan berisi tentang info-info kesehatan serta obrolan seputar masalah kesehatan. Lingkupnya bisa apa saja, tapi mungkin akan lebih banyak dibahas mengenai penyakit kanker, tumbuh kembang dan nutrisi. Untuk saat ini dan selama beberapa waktu ke depan, situs ini masih akan dalam proses formating dan editing.
Saya berharap situs ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan terutama masalah kesehatan. Bagi siapa saja yang ingin berbagi info tentang kesehatan, Anda boleh juga add di situs ini.
OK, itu dulu kali yah..
I'll see you later...